
Sudah tidak dipungkiri lagi kalau pandemi Covid-19 memberikan dampak yang sangat signifikan di sektor pendidikan. Banyak penyesuaian yang harus dilakukan untuk menjaga proses belajar mengajar tetap bisa berjalan sesuai dengan target pendidikan negara kita dalam beberapa tahun ke depan.
Proses belajar mengajar yang beralih secara digital punya kendala tersendiri terhadap kesiapan para pendidik dan peserta didik pada proses secara daring ini dalam dua tahun terakhir.
Butuh waktu untuk pendidik dan peserta didik untuk bisa menyesuaikan situasi dengan fasilitas yang tersedia di berbagai instansi pendidikan, salah satunya penyempurnaan Kurikulum Merdeka dari Kementerian Pendidikan dan Budaya, dan inovasi-inovasi digital yang diciptakan untuk menghadapi dampak yang ditimbulkan dari pandemi untuk para pelajar dan calon lulusan.
Blended Learning
Pada sesi webinar SheHacks 2022 pada 28 Juli kemarin, sistem Blended Learning menjadi bahasan yang disampaikan oleh Arfah Laidiah Razik, S.H., M.A (Tenaga Ahli Teknis pada Bidang Pengembangan SDM Vokasi, Direktorat SMK, Ditjen Pendidikan Vokasi, Kemendikbudristek) dan Firly Savitri (Head of Powered by Sekolah.mu) sebagai solusi untuk proses belajar mengajar di era pandemi yang masih belum usai.
Webinar yang bertajuk #SheTalks: Siapkan Masa Depanmu! Era Industri 4.0 di Depan Mata menjelaskan lebih dalam tentang Blended Learning. Untuk yang belum tahu, Blended Learning merupakan metode pembelajaran campuran yang menggabungkan sistem belajar synchronous (belajar langsung/tatap muka online maupun offline) dan asynchronous (belajar mandiri/tidak langsung) yang bisa dilakukan kapan saja.
Pada dasarnya di era digital, belajar secara mandiri untuk para pelajar sudah semakin mudah. Dengan adanya platform digital seperti Youtube, Instagram, dan atau media sosial lainnya, pelajar sekarang bisa mendapatkan wawasan lebih jauh terkait ilmu pengetahuan dan pengembangan skill secara mandiri. Pelajar jadi tidak terlalu bergantung pada guru, dan guru pun juga ikut bersama-sama belajar dengan hal-hal baru dari para murid yang belajar secara mandiri.
Bagi Firly Savitri, metode pembelajaran campuran akhirnya berkembang pesat membantu para pelajar di era pandemi karena keterbatasan ruang belajar mereka secara formal (synchronous) bisa didukung dengan fasilitas penunjang untuk mereka bisa belajar hal-hal lain di luar apa yang diajarkan sekolah (asynchronous) untuk menambahkan skill, wawasan, dan kesiapan mereka menjajaki era industri 4.0 dikala mereka lulus nanti.
Tidak cuma membantu pelajar untuk meningkatkan pengetahuan mereka lebih luas dalam proses belajar-mengajar, sistem Blended Learning juga bisa mengantarkan pelajar menuju dunia kerja yang makin tahun makin dinamis. Di era digital sekarang mulai banyak bermunculan pekerjaan-pekerjaan unik yang tidak diajarkan secara langsung di sistem sekolah kita, dan semuanya kebanyakan berdasarkan dari rasa ingin tahu, hobi, dan tentunya perkembangan dunia digital: seperti graphic designer, digital marketing, dll.
“Ini akan jadi kesempatan emas sekali. Teknologi bisa dimanfaatkan untuk belajar, tapi juga untuk upgrade diri kita,” tambah Ibu Arfah Laidiah.
Bagi Ibu Arfah, era sekarang ijazah mungkin tidak terlalu jadi patokan untuk seseorang mendapatkan sebuah pekerjaan, melainkan skill dan karakter dari pelajar itu sendiri. Melalui Blended Learning, para pelajar Indonesia akan mampu lebih menyempurnakan tidak hanya pengetahuan yang mereka pelajari di sekolah, tapi juga meningkatkan skill pada minat dan bakat yang mereka punya untuk menuju era industri 4.0.
Tidak hanya itu, di webinar SheTalks kali ini juga turut mengajak seluruh audience dari kalangan pelajar untuk meningkatkan minat mereka dalam berbisnis dan ciptakan solusi melalui webinar SheHacks lainnya dengan tema-tema seputar bisnis, teknologi, dan masih banyak lagi melalui website SheHacks.